Sabtu, 10 November 2012

Sunday, June 27, 2010

Legenda Kraken - Sang penguasa lautan

Mungkin tidak ada monster legendaris yang lebih mengerikan dibandingkan dengan Kraken, penguasa lautan yang membuat para pelaut bergidik ketakutan. Apa yang menarik dari legenda Kraken adalah adanya kemungkinan kalau legenda ini mungkin memang berdasarkan pada sesuatu yang nyata.


Kraken adalah seekor monster yang digambarkan sebagai makhluk raksasa yang berdiam di lautan wilayah Islandia dan Norwegia. Makhluk ini disebut sering menyerang kapal yang lewat dengan cara menggulungnya dengan tentakel raksasanya dan menariknya ke bawah.

Kata Kraken sendiri berasal dari Kata "Krake" dari bahasa Skandinavia yang artinya merujuk kepada hewan yang tidak sehat atau sesuatu yang aneh. Kata ini masih digunakan di dalam bahasa jerman modern untuk merujuk kepada Gurita.

Begitu populernya makhluk ini sampai-sampai ia sering disinggung di dalam film-film populer seperti Pirates of the Caribbean atau Clash of The Titans. Jika ada makhluk raksasa penguasa lautan, maka Krakenlah namanya.

Karakter Kraken
Kita mungkin mengira Kraken hanyalah sebuah bagian dari dongeng, namun sebenarnya tidak demikian. Sebutan Kraken pertama kali muncul dalam buku Systema Naturae yang ditulis Carolus Linnaeus pada tahun 1735.

Mr. Linnaeus adalah orang yang pertama kali mengklasifikasi makhluk hidup ke dalam golongan-golongannya. Dalam bukunya itu, ia mengklasifikasikan Kraken ke dalam golongan Chepalopoda dengan nama latin Microcosmus. Jadi, boleh dibilang kalau Kraken memiliki tempat di dalam sains modern.

Erik Ludvigsen Pontopiddan, Uskup Bergen yang juga seorang naturalis, pernah menulis di dalam bukunya Natural History of Norway yang terbit tahun 1752 kalau Kraken "tidak bisa disangkal, adalah monster laut terbesar yang pernah dikenal".

Menurut Pontopiddan, Kraken memiliki ukuran sebesar sebuah pulau yang terapung dan memiliki tentakel seperti bintang laut. Ia juga menyebutkan kalau makhluk ini bisa menggulung kapal yang lewat dengan tentakelnya dan menariknya ke dasar lautan. Namun, menurut Pontopiddan, bahaya terutama dari Kraken adalah riak air yang dashyat ketika ia menyelam ke dalam laut. Riak itu bisa menenggelamkan kapal yang ada di dekatnya.

Menariknya, selain menggambarkan Kraken sebagai makhluk yang berbahaya, Pontopiddan juga menulis mengenai sisi lain dari makhluk misterius ini. Ia menyebutkan kalau ikan-ikan di laut suka berada di dekat Kraken. Karena itu juga, para nelayan Norwegia yang mengetahui hal ini suka mengambil risiko untuk menangkap ikan dengan membawa kapalnya hingga berada tepat di atas Kraken.

Jika mereka pulang dengan membawa hasil tangkapan yang banyak, para penduduk desa tahu kalau para nelayan tersebut pastilah telah menangkap ikan tepat di atas Kraken.

Sejak lama, makhluk ini hanya dianggap sebagai bagian dari Mitologi kuno yang setara dengan sebuah dongeng. Namun ketika sisa-sisa bangkai monster ini terdampar di pantai Albaek, Denmark, Pada tahun 1853, para ilmuwan mulai menyadari kalau legenda mengenai Kraken mungkin memang berdasarkan pada sesuatu yang nyata, yaitu cumi-cumi raksasa (Giant Squid), cumi-cumi kolosal (Colossal Squid) atau Gurita raksasa (Giant Octopus).

Seberapa besarkan seekor cumi atau gurita bisa bertumbuh?

Benarkan mereka bisa menyerang sebuah kapal besar seperti yang digambarkan di film-film?

Penampakan Signifikan
Pada tahun 1801, Pierre Denys de Montfort yang menyelidiki subjek mengenai Kraken menemukan kalau di Kapel St.Thomas di St.Malo, Brittany, Perancis, ada sebuah lukisan yang menggambarkan seekor gurita raksasa sedang menyerang sebuah kapal dengan cara menggulungnya dengan tentakelnya. Insiden yang tergambar dalam lukisan tersebut ternyata berdasarkan pada peristiwa nyata.

Dikisahkan kalau kapal tersebut adalah kapal Norwegia yang sedang berada di lepas pantai Angola. Ketika mendapatkan serangan tak terduga tersebut, para pelaut di atas kapal lalu membuat sebuah kaul untuk St.Thomas yaitu jika mereka dapat terlepas dari bahaya ini, mereka akan melakukan perjalanan ziarah.

Para awak kapal kemudian mengambil kapak dan mulai melawan monster itu dengan memotong tentakel-tentakelnya. Monster itupun pergi. Sebagai pemenuhan atas kaul itu, para awak kemudian mengunjungi Kapel St.Thomas di Britanny dan menggantung lukisan itu sebagai ilustrasi atas peristiwa yang menimpa mereka.

Sayangnya, peristiwa yang menimpa para pelaut itu tidak diketahui persis tahun terjadinya. Namun, paling tidak, penyerangan monster raksasa terhadap sebuah kapal tidak bisa dibilang sebagai mitos semata.

Selain kisah lukisan di Kapel St.Thomas, Mr.Monfort juga menceritakan perjumpaan lain dengan makhluk serupa cumi atau gurita raksasa yang dialami oleh kapten Jean-Magnus Dens dari Denmark yang bertemu dengan makhluk itu juga di lepas pantai Angola. Makhluk raksasa itu menyerang kapal mereka dan bahkan berhasil membunuh tiga awaknya.

Para awak kapal yang lain tidak tinggal diam dan segera mengambil meriam dan menembakkannya ke monster itu berulang-ulang hingga ia menghilang ke dalam lautan.

Kapten Dens memperkirakan monster itu memiliki panjang 11 meter.

Kisah lain terjadi pada tanggal 30 November 1861. Ketika sedang berlayar di kepulauan Canary, para awak kapal Perancis, Alencton, menyaksikan seekor monster laut raksasa berenang tidak jauh dari kapal. Para pelaut segera menyiapkan peluru dan mortir yang kemudian ditembakkannya ke arah monster itu.

Monster yang ketakutan dengan segera berenang menjauh. Namun, kapal Alencton segera diarahkan untuk mengejarnya. Ketika mereka berhasil mendekatinya, garpu-garpu besi segera dihujamkan ke tubuh monster itu dan jaring segera dilemparkan. Ketika para awak mengangkat jaring itu, tubuh monster itu patah dan hancur yang kemudian segera jatuh ke dalam air dengan menyisakan hanya sebagian dari tentakelnya.

Ketika kapal itu mendarat dan tentakel itu diperlihatkan kepada komunitas ilmuwan, mereka sepakat kalau para awak kapal mungkin telah menyaksikan seekor cumi raksasa dengan panjang sekitar 8 meter.

Pada bulan Oktober 1873, seorang nelayan bernama Theophile Piccot dan anaknya berhasil menemukan tentakel cumi raksasa di Newfoundland. Setelah diukur, para peneliti menyimpulkan kalau hewan itu kemungkinan memiliki panjang hingga 11 meter.

Pada tahun 1924, Frank T.Bullen menerbitkan sebuah buku yang berjudul The Cruise of the Chacalot. Dalam buku ini, Bullen menceritakan sebuah kisah luar biasa yang disebut terjadi pada tahun 1875. Kisah ini membuat Kraken mendapatkan musuh abadinya, yaitu Paus Penyembur (Sperm Whale).

Menurut Bullen, pada tahun 1875 ia sedang berada di sebuah kapal yang sedang berlayar di selat Malaka. Ketika malam bulan purnama, ia melihat ada sebuah riakan besar di air.
"Ada gerakan besar di dalam laut saat purnama. Aku meraih teropong malam yang selalu siap di gantungannya. Aku melihat seekor paus penyembur besar sedang terlibat perang hebat dengan seekor cumi-cumi yang memiliki tubuh hampir sebesar paus itu. Kepala paus itu terlihat lincah seperti tangan saja layaknya. Paus itu terlihat sedang menggigit tentakel cumi itu dengan sistematis. Di samping kepalanya yang hitam, juga terlihat kepala cumi yang besar. Mengerikan, aku tidak pernah membayangkan ada cumi dengan kepala sebesar itu."
Mendengar kesaksian Bullen, kita mungkin tergoda untuk mengatakan kalau ia membesar-besarkan atau mungkin mengarangnya saja. Namun, pada Oktober 2009, komunitas ilmuwan menyadari kalau kisah yang diceritakan Bullen mungkin memang bukan sekedar cerita fiksi. Cumi raksasa memang bermusuhan dengan Paus Penyembur.

Di wilayah perairan di pulau Bonin di Jepang, para peneliti kelautan berhasil mendapatkan foto-foto langka yang memperlihatkan seekor paus penyembur sedang menyantap seekor cumi raksasa yang diperkirakan memiliki panjang 9 meter.


Dendam lama tidak pernah berakhir.

Giant Squid, Colossal Squid dan Giant Octopus
Sekarang, mari kita sedikit mengenal lebih jauh tiga teman raksasa kita yang mungkin telah memicu legenda Kraken. Saya akan mulai dari Giant Squid atau Cumi raksasa.

Giant Squid atau Cumi-cumi raksasa
Giant Squid atau cumi-cumi raksasa yang berasal dari genus Architeuthis ini memiliki 8 spesies dan diketahui bisa memiliki panjang hingga 13 meter bagi yang betina dan 10 meter untuk yang jantan. Ukuran ini dihitung dari sirip caudal hingga ujung tentakelnya. Namun, ukuran cumi ini bisa jadi lebih besar daripada yang diperkirakan.

Pada tahun 1880, potongan tentakel ditemukan di Selandia Baru dan diperkirakan merupakan milik dari cumi raksasa yang memiliki panjang 18 meter. Ukuran yang sangat luar biasa!


Ide kalau seekor cumi raksasa bisa menenggelamkan sebuah kapal mungkin terdengar mengada-ngada pada zaman ini. Namun, pada abad pertengahan, ukuran kapal tidak sebesar yang kita miliki sekarang. Contohnya, kapal Columbus yang bernama Pinta hanya memiliki panjang 18 meter. Sebuah cumi sepanjang 10-15 meter sudah bisa dipastikan dapat menyerang dan menenggelamkan kapal ini dengan mudah.


Perilaku giant Squid ini hampir tidak pernah dikenal sebelumnya hingga pada tahun 2004 ketika para ilmuwan Jepang berhasil mendapatkan 556 foto makhluk ini dalam keadaan hidup. Cumi-cumi tersebut terperangkap dalam sebuah jebakan yang dibuat. Ketika ia berhasil lolos, salah satu tentakelnya yang memiliki panjang 5,5 meter putus. Dari panjang ini, para ilmuwan tersebut memperkirakan kalau makhluk itu memiliki panjang 8 meter.

Colossal Squid atau Cumi Kolosal
Apabila kita mengira Cumi raksasa sudah memiliki ukuran yang luar biasa, maka, perkenalkan makhluk yang satu ini, Colossal Squid atau Cumi kolosal.

Makhluk ini memiliki nama latin Mesonychoteuthis hamiltoni dan para ilmuwan percaya kalau makhluk ini bisa bertumbuh hingga paling tidak memiliki panjang 14 meter. Ini membuatnya menjadi hewan invertebrata terpanjang di dunia. Walaupun demikian, para ilmuwan tidak bisa memastikan hingga seberapa panjang hewan ini bisa bertumbuh.

Mengenai Colossal Squid, Dr.Steve O'Shea, ahli cumi dari Auckland University berkata:
"Sekarang kita tahu kalau makhluk ini memiliki ukuran yang lebih besar dibanding Giant Squid. Giant Squid bukan lagi cumi terbesar di luar sana. Sekarang kita memiliki sesuatu yang lebih besar. Bahkan bukan cuma sekedar besar, tetapi benar-benar jauh lebih besar."


Colossal Squid di foto di atas ditangkap di Laut Ross dan memiliki panjang mantel 2,5 meter. Ukuran ini termasuk luar biasa karena Giant Squid terbesar yang diketahui hanya memiliki panjang mantel 2,25 meter. Lagipula, Colossal Squid di atas dipercaya masih dapat bertambah panjang hingga mencapai ukuran yang jauh lebih besar.

Jika ada Kraken di luar sana, maka bisa dipastikan kalau Colossal Squid adalah tersangka paling utamanya.

Lalu, apa bedanya Giant Squid dan Colossal Squid?

Giant Squid hanya memiliki tentakel yang memiliki lubang penghisap dan gigi-gigi kecil, sedangkan Colossal Squid memiliki tentakel yang juga dilengkapi dengan kait yang tajam. Beberapa kait bahkan memiliki 3 ujung.

Selain dua jenis Cumi-cumi di atas, makhluk yang satu ini juga memiliki tentakel dan bisa bertumbuh dalam ukuran yang luar biasa, yaitu Giant Octopus.

Giant Octopus atau Gurita Raksasa
Giant Octopus atau gurita raksasa bisa bertumbuh hingga memiliki panjang 9 meter. Panjang ini cukup membuatnya menjadi monster yang ditakuti oleh para pelaut. Makhluk inilah yang dipercaya Monfort sebagai monster yang menyerang para pelaut Norwegia di lepas pantai Angola yang lukisannya tergantung di Kapel St.Thomas.
Bangkai ini terdampar di pantai St.Augustine, Florida tahun 1896. Dipercaya sebagai Giant Octopus


Pada masa kini, teori mengenai Cumi atau Gurita raksasa dianggap sebagai penjelasan yang paling masuk akal mengenai legenda Kraken.

Jika kita beranggapan kalau legenda Eropa yang mengatakan kalau Kraken memiliki ukuran sebesar sebuah pulau sebagai "membesar-besarkan", maka mungkin misteri Kraken memang sudah terpecahkan.

Tetapi, bagaimana kita bisa memastikannya?

hursday, January 14, 2010

Dua korban Titanic ditemukan selamat karena Lorong waktu - Klarifikasi

Sejak tahun 2008, beredar kisah ditemukannya dua korban selamat Titanic termasuk sang kapten setelah 79 tahun berlalu. Kedua korban tersebut disebut tidak bertambah tua sedikitpun dan kisah ini dianggap sebagai pembuktian bahwa Lorong Waktu benar-benar ada. Benarkah kisah ini pernah terjadi ?


Sebenarnya, saya sudah menerima pertanyaan mengenai kisah ini sejak beberapa bulan yang lalu dari seorang teman. Namun dua hari yang lalu, ketika salah seorang dari kalian menanyakannya kembali, saya baru teringat dan memutuskan untuk menulis mengenai kisah misterius ini.

Saya rasa banyak dari kalian sudah pernah mendengarnya karena ketika saya mencari referensi mengenai kisah ini, saya menemukan kisah yang sama persis dengan kalimat yang sama persis di entah berapa banyak Blog, website, link facebook dan hampir semua forum.

Untuk menyegarkan ingatan kalian, saya akan menampilkan kembali kisahnya, Kali ini saya akan mengkopi pastenya dari sumber yang bersangkutan. Tapi, saya akan mencantumkan sumber beserta linkback ke web yang bersangkutan :

DUA orang korban musibah Kapal Titanic pada tahun 1912, tiba-tiba muncul dalam keadaan masih hidup. Secara fisik mereka tidak berubah persis seperti semula. Teori lorong waktu telah menjawabnya. Misteri peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu, dan yang membuat gempar adalah nasib mujur kemunculan kembali korban Kapal Laut Titanic yang masih hidup.
Di antara kedua korban yang beruntung ini, yang satu adalah seorang penumpang wanita yang ditemukan pada tahun 1990, dan lainnya lagi adalah seorang kapten kapal Titanic yang ditemukan pada tahun 1991. Kapten kapal Smith ditemukan pada tanggal 9 Agustus 1991, setahun setelah ditemukannya seorang korban yang beruntung bernama Wenny Kathe, dia diselamatkan dari atas gunung es.

Selama berpuluh-puluh tahun hanyut terapung-apung di atas lautan, namun tidak membuatnya kelihatan tua dan lemah, Kapten Smith yang meskipun telah berusia 139 tahun, namun masih tampak seperti orang yang berusia 60 tahun lebih, dan bahkan dia masih menganggap bahwa saat itu adalah masa-masa sekitar tenggelamnya Kapal Titanic pada tanggal 15 April 1912. Melalui identifikasi sidik jari yang masih tersimpan dalam catatan pelayaran laut, maka bisa dipastikan identitas Kapten Smith.


Seorang lagi korban musibah Kapal Titanic, Wenny Kathe yang berusia 29 tahun diselamatkan di atas gumpalan es Samudera Atlantik Utara pada tanggal 24 September 1990. Namun yang membuat orang terkejut adalah sejak dia hilang pada tahun 1912 hingga sekarang, tidak terlihat tanda-tanda tua sedikitpun juga. Dia ditemukan dan diselamatkan di atas gumpalan es 363 km barat daya Islandia. Kantor pelayaran telah menemukan daftar nama penumpang Kapal Titanic dan menegaskan keaslian identitas dirinya. Smith, kapten kapal Titanic dan penumpangnya Wenny Kathe adalah saksi hidup orang hilang yang muncul kembali melalui lintasan lorong waktu. (
rileks.com)

Ketika membaca kisah ini, sebagian dari kalian akan segera percaya bahwa kisah ini hanyalah hoax belaka. Begitu juga saya. Sekarang, yang perlu saya lakukan adalah membuktikannya. Dan penyelidikan sayapun dimulai.

Semuanya diawali dari sebuah pertanyaan. Jika memang ini adalah kisah nyata, mengapa saya tidak pernah mendengarnya dibahas di televisi atau koran ? Mengapa saya tidak pernah melihat kapten Smith atau Wenny Kathe muncul di TV dan berbicara mengenai pengalamannya ? Apakah mungkin saya yang kuper dan jarang menonton Televisi ?

Jadi saya membuka google dan mengetik kata Wenny Kathe, mencoba untuk menemukan kisah ini di discovery atau national geographic, atau paling tidak di salah satu media asing lainnya. Ketika saya mengetik nama itu, google menemukan 3.510 hasil pencarian. Oh My God, this must be real story !

Tapi, tunggu...ada yang janggal. Semua hasil pencarian yang muncul adalah kisah yang berbahasa Indonesia. Saya mengklik hasil pencarian tersebut hingga halaman terakhir google dan menemukan hanya 2 blog berbahasa Inggris dan 1 blog berbahasa Melayu (bisa Malaysia atau Brunei) yang membahas kisah ini. Saya tidak menemukan kisah ini dibahas di Discovery atau media Asing lainnya. There Is Something Wrong !

Setelah saya mengecek dua blog berbahasa Inggris tersebut, ternyata satu diantaranya dibuat oleh orang Indonesia. Jadi tinggal satu blog lagi yang bernama theuniquenews.blogspot.com yang memposting kisah ini pada bulan Februari 2007 . Dan saya percaya blog inilah yang PERTAMA KALI memuat kisah ini di internet. Blog yang berbahasa Melayu yang juga memuat kisah ini bernama kebenarannya.tripod.com. Tidak ada keterangan tanggal atau bulan ia memposting kisah ini.

Seperti yang sudah saya katakan, saya menemukan kisah ini dengan kalimat bahasa Indonesia yang sama persis di seluruh blog dan web yang bisa saya temukan di google, dan hampir semua blog yang mengkopi paste kisah ini tidak mencantumkan sumber. Jadi, pada awalnya saya mengalami kesulitan untuk menemukan sumber pertama dari kisah ini (di media Indonesia).

Tapi akhirnya saya menemukan dan saya percaya (walaupun bukti saya juga tidak kuat) bahwa web yang pertama kali mempopulerkan kisah ini di Indonesia adalah rileks.com yang mempostingnya pada tanggal 07 Juni 2008. Mungkin rileks.com menerjemahkannya dari uniquenews.blogspot.com atau blog kebenarannya.tripod.com.

Lalu sayapun meneruskan penyelidikan.

Pertama, saya membaca kisah ini dan berusaha memahaminya. Lalu, saya menemukan beberapa kejanggalan atau ketidakakuratan yang menurut saya cukup mengganggu.

Misalnya, kapten Smith harusnya berusia 141 tahun pada tahun 1991, bukan 139 tahun. Lalu disebutkan bahwa identitas kapten Smith diverifikasi dengan catatan sidik jari yang tersimpan di catatan pelayaran. Saya meragukan bahwa tahun 1912, catatan pelayaran sudah menggunakan sidik jari untuk mendata awaknya.

Kemudian di paragraf kedua, disebutkan bahwa Wenny Kathe diselamatkan dari gunung es, sedangkan di paragraf keempat disebutkan bahwa Wenny diselamatkan dari atas gumpalan es. Gunung dengan gumpalan es tentu saja berbeda.

Lalu, mungkin yang paling mengganggu adalah kontradiksi kalimat di dalam kisah itu.

Kisah di atas dikaitkan dengan fenomena lorong waktu karena disebut :

"Kapten Smith yang meskipun telah berusia 139 tahun, namun masih tampak seperti orang yang berusia 60 tahun lebih, dan bahkan dia masih menganggap bahwa saat itu adalah masa-masa sekitar tenggelamnya Kapal Titanic pada tanggal 15 April 1912 "

Tapi teori lorong waktu dipatahkan oleh kalimatnya sendiri yang berbunyi :

"Selama berpuluh-puluh tahun hanyut terapung-apung di atas lautan, namun tidak membuatnya kelihatan tua dan lemah."

Jika Kapten Smith terapung-apung di laut selama puluhan tahun, apakah itu ada hubungannya dengan lorong waktu ? Saya rasa tidak. Jika ia masuk ke dalam lorong waktu, maka ia hanya butuh waktu sekejap untuk sampai ke tahun 1991.

Ya, saya semakin yakin bahwa kisah ini adalah hoax. Tapi, seperti yang sering saya katakan. Sebuah kisah tidak bisa disebut hoax tanpa bukti yang kuat. Saya merasa belum menemukan bukti yang bisa meyakinkan kalian para pembaca bahwa kisah ini hanyalah imajinasi. Lagipula, saya tahu bahwa pembaca blog enigma adalah orang-orang yang kritis dan jeli (ini terbukti dari komentar-komentar kalian).

Ada yang mengatakan bahwa untuk mengetahui kebenaran sebuah peristiwa, kita harus berada langsung di tempat kejadian. Tapi, Saya rasa tidak demikian. Saya tidak perlu ada di Haiti untuk mengetahui bahwa terjadi gempa besar disana beberapa hari yang lalu. Untuk mengetahui kebenaran sebuah peristiwa, kita hanya perlu mencari bukti yang berdasarkan pada "common sense" bisa disebut sebagai bukti yang kuat. Dan saya rasa, internet dapat menjadi salah satu sarananya.

Ok, sekarang saya akan melanjutkan penyelidikan untuk mencari bukti yang lebih meyakinkan.
Seperti yang saya katakan, ada sesuatu yang salah. Nama Wenny Kathe tidak bisa ditemukan dimanapun di web berbahasa Inggris selain dua blog yang telah saya singgung tadi. Jadi saya memutuskan untuk berfokus pada nama ini. Lagipula, ia tokoh utama kita kan ?

Tapi bagaimana caranya ? Bukankah nama ini tidak ditemukan di sumber-sumber media asing ?

Karena itu, saya memutuskan untuk langsung mencari nama ini di tempat yang seharusnya, yaitu di daftar penumpang kapal Titanic yang tenggelam itu. Ya, di internet, daftar nama seperti sangat gampang ditemukan. Jadi, saya masuk ke encyclopedia-titanica.org dan...... Eureka !

Maksud saya dengan Eureka adalah saya MENEMUKAN bahwa nama Wenny Kathe TIDAK ada di dalam daftar penumpang Titanic. Wenny Kathe ternyata tokoh fiktif.

Karena itu potongan kalimat di atas mengenai Wenny Kathe yang berbunyi : "Kantor pelayaran telah menemukan daftar nama penumpang Kapal Titanic dan menegaskan keaslian identitas dirinya." adalah pernyataan palsu ! Ini adalah sebuah fakta !

Soal kapten Smith, kita semua tahu bahwa dia bukan tokof fiktif. Kapten Edward John Smith memang kapten kapal Titanic.

Sekarang, saya sudah mendapatkan satu fakta. Karena nama Wenny Kathe adalah tokoh fiktif, saya tidak bisa lagi menggunakan kata kunci itu di google. Lalu, saya bereksperimen dengan beberapa kata kunci dan akhirnya saya menemukan sebuah petunjuk yang mungkin bisa menjadi bukti yang konklusif dan kuat untuk meyakinkan kalian bahwa kisah ini adalah sebuah hoax.

Petunjuk yang saya maksud adalah sumber pertama kali kisah ini muncul di dalam bahasa Inggris.

Ya, Ternyata saya salah.

Saya salah karena ternyata bukan theuniquenews.blogspot.com yang pertama kali memuat kisah ini. Sumber pertamanya adalah majalah Weekly World News Edisi Juni 1992 !

Saya menemukan majalah ini di dalam arsip google books. Ini sampul majalah itu edisi Juni 1992.


Saya tahu, kalian tidak suka dengan sampulnya yang kesannya seperti majalah "freak", majalah ini memang majalah semi fiksi yang sering memuat berita-berita imajinatif. Contohnya dalam salah satu edisi, majalah ini pernah memuat foto seekor monster laut yang sedang menyerang sebuah perahu. Dalam artikel ini, kejadian dan foto itu disebut sebagai kisah nyata.


Ini contoh artikel di dalam edisi Juni 1992.


Amazing right ?

Lalu ini halaman yang memuat kisah Titanic kita.


Dengan integritas majalah yang seperti ini, Bisakah kita menyebutkan bahwa kisah ini adalah hoax ?

Tentu saja belum ! Majalah ini juga pernah memuat berita nyata. Tapi saya menemukan sebuah petunjuk lainnya. Petunjuk yang saya maksud adalah foto wanita di bawah kiri itu. Baca nama yang ada di bawahnya.


Perempuan yang selamat dari Titanic yang disebut di majalah itu ternyata bernama Winnie Coutts, bukan Wenny Kathe. Pantas, saya tidak bisa menemukan nama Wenny Kathe di dalam media bahasa Inggris. Jadi, fakta selanjutnya yang kita ketahui adalah bahwa media Indonesia mengikuti kesalahan theuniquenews.blogspot.com.

I am getting excited.

Sekarang, mata saya tertuju pada nama Winnie Coutts. saya kembali membuka google dan mengetik nama Winnie Coutts dan Eureka !

Yang saya maksud dengan Eureka adalah saya MENEMUKAN bahwa Winnie Coutts ternyata salah satu penumpang Titanic !

Sayapun kembali ke encyclopedia-titanica.org untuk melihat daftar penumpang Titanic dan saya menemukan nama Winnie Coutts memang ada di daftar penumpang kelas III. Kalian bahkan bisa melihat harga tiket yang ia bayar di gambar ini.



Jika Winnie Coutts memang benar penumpang Titanic, jangan-jangan....Weekly World News tidak berbohong ? Pikiran ini memenuhi kepala saya selama beberapa saat.

Namun sekonyong-konyong, saya mendapatkan sebuah firasat. Jika dugaan saya benar, maka petunjuk ini dapat menjadi bukti konklusif yang saya cari. Dengan segera saya kembali ke encyclopedia-titanica.org.

Dugaan saya ternyata benar ! saya MENEMUKAN bahwa Winnie Coutts ternyata SELAMAT dari bencana Titanic. Setelah tragedi itu, ia dan keluarganya pindah ke New Jersey hingga meninggal pada tanggal 29 February 1960 pada usia 84 tahun. Sedangkan kapten Smith, seperti yang kita ketahui bersama, tewas dalam peristiwa itu.

Weekly World News ternyata telah mencatut nama Winnie Coutts untuk menciptakan kisah fiktif ! Tidak ada penemuan Kapten Smith atau Winnie Coutts (ataupun Wenny Kathe) pada tahun 1990 dan 1991.

Jika Weekly World News menggunakan nama penumpang Titanic yang hilang, maka mungkin masih ada unsur yang bisa diperdebatkan. Tapi dengan menggunakan nama penumpang yang selamat, seakan-akan majalah ini ingin memberitahukan kepada kita bawa kisah ini hanyalah sebuah hoax.


Penutup

Saya menghempaskan tubuh ke tempat tidur. Sepertinya saya telah menemukan bukti yang cukup kuat untuk meyakinkan kalian, para pembaca yang budiman, bahwa kisah mengenai penumpang Titanic dan Lorong Waktu sebenarnya hanyalah sebuah Imajinasi. Lelah. Tapi, rasa ingin tahu mengenai beberapa detail masih menggantung di benak saya. Saya berjalan menuju meja dan membuka laptop saya kembali dan...Ah, sudah capek. lagipula, saya rasa bukti-bukti yang saya ajukan sudah cukup meyakinkan. Jadi saya menutup laptop lalu membaringkan diri di tempat tidur dan memejamkan mata. Lega rasanya.

Monday, November 22, 2010

Misteri Nameless Thing of Berkeley Square

Lebih dari 100 tahun yang lalu, sesuatu yang mengerikan terjadi di Berkeley Square.


Nameless Thing of Berkeley Square adalah sebuah julukan yang diberikan kepada entitas misterius yang terlihat pada abad ke 18 dan 19 di sebuah gedung era Victorian bernama 50 Berkeley Square di Inggris.


Walaupun kebanyakan peneliti lebih condong memasukkan peristiwa ini ke dalam kategori supranatural, sebagian lainnya beranggapan kalau entitas ini dapat dimasukkan ke dalam kategori Cryptid atau Predator. Ini juga alasan mengapa saya mau menulis mengenai makhluk ini.

Gedung yang angker
Kisah misteri ini berpusat pada sebuah kompleks perumahan yang disebut Berkeley Square.

Kompleks Berkeley Square dibangun pada tahun 1740 oleh seorang arsitek bernama William Kent. Kompleks ini pernah menjadi tempat kediaman tokoh-tokoh penting, diantaranya adalah Winston Churchill yang tinggal di gedung no.48. Lalu, George Canning, perdana menteri Inggris tahun 1827. Ia tinggal di gedung no.50. Dan di gedung inilah, misteri ini berawal.

Tidak ada yang tahu pasti kapan dan bagaimana gedung ini mendapatkan reputasi angkernya. Namun, peristiwa aneh yang menyertai gedung ini sebenarnya sudah dimulai sejak akhir tahun 1700an. Konon menurut legenda, seorang anak perempuan yang tinggal di gedung itu dibunuh dengan sadis oleh pengasuhnya. Sejak saat itu, arwah gadis kecil itu sering terlihat sedang menangis di lantai atas.

Namun baru pada tahun 1840, gedung ini berhasil membangun reputasinya menjadi salah satu bangunan yang paling ditakuti di Inggris.

Horor di lantai dua
Pada tahun itu, Sir Robert Warboys yang baru berusia 20 tahun mendengar rumor mengenai gedung angker itu. Dibesarkan sebagai seorang terpelajar, Warboys menganggap rendah rumor itu dan memandangnya hanya sebagai sebuah urban legend. Rekan Warboys yang tidak setuju dengan pandangan itu segera menantangnya untuk bermalam di lantai dua gedung itu.

Dengan angkuh, ia menerima tantangan itu.

Setelah berhasil meyakinkan sang penjaga gedung, Warboys diberikan sebuah kamar di lantai dua, persis di atas kamar sang penjaga.

Di kemudian hari, kamar itu akan disebut sebagai salah satu kamar yang paling angker di Inggris.

Lalu Warboys naik ke kamar tidur itu berbekal sebuah pistol dan sebatang lilin.

Empat puluh lima menit kemudian, sang penjaga terbangun dari tidurnya. Ia mendengar suara ribut di kamar atas, kamar yang didiami Warboys. Beberapa detik kemudian, suara tembakan terdengar. Dengan tergesa-gesa, ia segera beranjak dan berlari menuju ke atas. Sesampai di pintu kamar, ia segera mendobraknya dengan paksa.

Apa yang dilihatnya tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup.

Kondisi di dalam kamar itu hampir tidak berubah. Namun, di sudut kamar yang remang-remang, Sir Robert Warboys terbujur kaku sambil memegang erat pistolnya yang masih mengeluarkan asap. Ia sudah tidak bernyawa lagi!

Apa yang lebih mengerikan adalah ekspresi wajah Warboys.

Giginya mengatup dengan rapat, dan kedua matanya melotot seakan-akan hendak meloncat keluar dari tengkoraknya. Sepertinya ia telah melihat sesuatu yang mengerikan yang telah membunuhnya seketika.

Tidak ada petunjuk mengenai apa yang telah menyebabkan Warboys tewas dengan tragis. Sang penjaga hanya menemukan sebuah lubang di dinding akibat peluru yang ditembakkan dari pistolnya.

Apa yang telah ditembaknya?

Yang pasti "sesuatu" yang mengerikan.

Beberapa puluh tahun kemudian, "sesuatu" itu muncul kembali. Kali ini, ia terlihat oleh saksi yang hidup!

Pengalaman dua pelaut
Pada tahun 1887, dua pelaut dari kapal HMS Penelope di Portsmouth bernama Robert Martin dan Edward Blunden yang baru saja menghabiskan uang untuk mabuk-mabukan masuk ke kompleks Berkeley Square dan memutuskan untuk masuk ke salah satu gedung yang ada disitu untuk mencari tempat beristirahat. Kebetulan mereka memilih gedung no.50.

Saat itu, 50 Berkeley Street sudah tidak berpenghuni dan dalam keadaan kosong.

Kemudian mereka berhasil menemukan jalan masuk ke basement dan mendobrak masuk ke dalamnya. Karena menemukan kondisi lantai yang lembab, keduanya naik ke atas, lalu tidur di kamar yang sama dengan kamar yang ditempati Warboys.

Ketika memasuki kamar itu, Blunden yang sepertinya lebih tidak mabuk dibanding Martin segera menyadari kalau suasana di kamar itu membuatnya gelisah. Ia mengatakan kalau ia merasakan kehadiran "sesuatu". Namun Martin segera menenangkannya dengan membuka jendela kamar untuk membiarkan angin malam berhembus masuk.

Sekitar satu jam kemudian, sekitar tengah malam, Blunden terbangun karena mendengar suara pintu kamar berderik. Sambil menggosokkan matanya, ia melihat pintu kamar telah terbuka.

Blunden yang heran kemudian memeriksa sekelilingnya.

Tiba-tiba ia melihat sesuatu!

Dalam kondisi yang remang-remang, Blunden melihat sesosok aneh berwarna abu-abu merayap dengan lambat di lantai kayu. Seiring dengan gerakan makhluk itu, Blunden bisa mendengar suara gesekan dengan lantai kamar yang membuatnya bergidik.

Dengan dicengkeram oleh ketakutan yang amat sangat, Blunden membangunkan Martin.

Martin yang terbangun segera menyadari apa yang sedang terjadi di kamar itu. Keduanya lalu melompat dari tempat tidur.

Makhluk itu terlihat berdiri dengan aneh di hadapan mereka. Di belakangnya terdapat pintu kamar yang menjadi satu-satunya harapan mereka untuk melarikan diri.

Blunden yang gemetar melirik ke arah senapannya yang tergeletak dekat jendela. Ketika ia mencoba meraihnya, tiba-tiba makhluk itu melompat dan mendarat di leher Blunden. Blunden panik, ia mulai berteriak dan bergumul dengan makhluk itu.

Melihat kesempatan itu, Martin dengan cepat berlari keluar kamar, menuruni tangga, keluar dari gedung dan segera berteriak mencari pertolongan. Tidak berapa lama kemudian, ia berjumpa dengan seorang polisi yang sedang berpatroli.

Ketika mereka kembali ke gedung itu, mereka menemukan kamar dalam keadaan kosong. Blunden tidak ada disitu!

Lalu, mereka mulai mencari ke seluruh gedung. Ketika sampai di basement, mereka menemukan Blunden. Namun, Ia sudah tidak bernyawa dengan kondisi tubuh terpotong-potong!

Sama seperti ekspresi kematian Sir Robert Warboys, wajah Blunden menunjukkan ekspresi ketakutan yang amat sangat.

Dalam versi lain, diceritakan kalau Blunden tidak tewas di basement, melainkan tewas karena jatuh dari jendela akibat ketakutan. Walaupun ada versi-versi yang berbeda, yang pasti semua sepakat kalau ada sesuatu yang mengerikan mendiami gedung 50 Berkeley Square.

Pengalaman Thomas Lyttelton
Kisah penampakan yang dialami oleh Martin mungkin akan dianggap sebagai cerita bohong pelaut yang sedang mabuk. Namun penampakan makhluk ini ternyata juga dialami oleh tokoh masyarakat yang sepertinya tidak punya alasan untuk berbohong. Salah satunya adalah anggota parlemen bernama Thomas Lyttelton yang pernah tinggal di gedung yang sama untuk beberapa waktu.

Pada suatu malam, ketika hendak tidur, Lyttelton melihat sesuatu seperti makhluk hidup di kamarnya. Ia segera mengambil senapannya dan menembak. Ia yakin kalau makhluk itu tertembak karena ia melihatnya jatuh. Namun ia tidak bisa menemukan jejak atau bangkainya.

Makhluk apakah itu?
Menurut para saksi yang mengaku pernah melihatnya, makhluk itu nyaris tidak berbentuk dan terlihat seperti cairan lengket. Ketika ia bergerak, ia akan menghasilkan suara-suara yang aneh. Deskripsi yang diberikan cukup berbeda-beda, namun paling tidak salah satu saksi mengaku menyaksikan kalau makhluk itu memiliki kumpulan tentakel seperti gurita.

Karena adanya deskripsi inilah, beberapa peneliti menyimpulkan kalau makhluk itu kemungkinan adalah jenis gurita air atau makhluk air lainnya yang telah bermutasi dan berhasil bermigrasi dari sungai Thames ke saluran bawah tanah kota London yang akhirnya membuat ia sampai ke gedung Berkeley Square lewat pipa ledeng.

Makhluk ini mungkin sedang mengincar kumpulan tikus yang tinggal di gedung itu ketika tanpa sengaja menemukan para pelaut-pelaut mabuk itu.

Namun, tidak ada penjelasan yang memuaskan mengenai rentang waktu penampakan yang cukup panjang. Jika makhluk itu memang seekor makhluk air yang bermutasi, sepertinya cukup mustahil karena penampakannya mencapai hingga dua ratus tahun.

Karena itu, banyak yang percaya kalau makhluk itu adalah makhluk supranatural, bukan cryptid atau predator.

Harry Price, salah seorang yang meneliti misteri ini secara intensif pada tahun 1920an menemukan beberapa fakta menarik. Misalnya, sebelum tahun 1790, 50 Berkeley Square ternyata pernah dijadikan markas para pemalsu dokumen. Price berspekulasi kalau kisah angker gedung itu mungkin telah dihembuskan oleh para pemalsu tersebut untuk menutupi aktivitas ilegal mereka. Namun, sementara Price meneliti lebih dalam, ia menemukan banyak kesaksian dan dokumentasi yang menceritakan kisah perjumpaan dengan Nameless Thing.

Misalnya, ia menemukan sebuah artikel di majalah "Notes and Queries" yang ditulis oleh W.E Howlett yang terbit tahun 1870. Disitu tertulis:
"Peristiwa Berkeley Square masih misterius. Kisah gedung berhantu di Mayfair itu bisa disimpulkan dengan beberapa kata: Gedung itu memiliki paling tidak satu kamar dengan atmosfer supranatural yang memilik efek buruk terhadap tubuh dan pikiran. Seorang gadis pernah melihat dan mendengar horor itu dan menjadi gila karenanya. Ia tidak pernah sembuh untuk bisa menceritakan apa yang telah dilihatnya."
Melihat dokumentasi yang cukup banyak, Price hanya bisa mengambil kesimpulan kalau memang aktivitas Poltergeist yang jahat aktif di gedung no.50 pada tahun 1800an. Namun ia percaya kalau aktivitas itu telah lenyap sekarang.

Berkeley Square - Sekarang
Sejak tahun 1938 hingga kini, lantai dasar gedung Berkeley Square telah digunakan sebagai toko buku langka yang bernama Maggs Brothers.
Ed Maggs - pemilik toko buku Maggs Brothers

Walaupun tidak ada penampakan lagi yang dilaporkan dalam kurun beberapa puluh tahun belakangan ini, perlu dicatat kalau para karyawan toko buku itu tidak diijinkan untuk naik ke lantai atas. Menurut mereka, sejak tahun 1950an, polisi telah menaruh sebuah tanda peringatan pada dinding di dalam gedung.

Peringatan itu menyebutkan kalau lantai atas gedung itu tidak boleh digunakan, bahkan untuk gudang sekalipun.

Tidak ada satu orang pun yang mengetahui alasan pastinya...tetapi, paling tidak mereka bisa menduga.

Tuesday, March 15, 2011

Misteri jejak-jejak kaki setan Devon

Pada tanggal 5 Maret 2009, Jill Wade dari Devon, Inggris, dikejutkan dengan adanya jejak-jejak misterius di atas salju di kebun belakang rumahnya. Jejak-jejak ini mengingatkannya kepada sebuah misteri yang terjadi lebih dari 150 tahun yang lalu.


Jill yang telah berusia 76 tahun berkata:

"Aku melihat ke kebun belakang rumahku dan sangat terkejut. Aku benar-benar tidak bisa mempercayainya. Jejak-jejak kaki itu berbentuk kuku belah dan tidak ada jejak lain di atas salju."


Jejak di kebun belakang rumah Jill Wade
Penemuan Jill segera menarik perhatian Centre for Fortean Zoology (CFZ), sebuah organisasi Cryptozoology, yang segera mengirim tim untuk memeriksa jejak-jejak tersebut. Jika mereka berhasil memecahkan misteri ini, mungkin mereka juga akan memecahkan misteri serupa yang telah berusia lebih dari 150 tahun, yaitu misteri jejak-jejak kaki setan Devon.

Mari kita flashback 156 tahun ke belakang.

Pada tanggal 8 Februari 1855, salju tebal turun di Devon selatan selama seharian. Hujan salju itu baru berhenti kira-kira pada tengah malam dan saat itu para penduduk Devon sudah lelap dalam tidurnya. Namun, sesuatu sedang terjadi di luar.

Pagi harinya, para penduduk mulai bersiap untuk melakukan aktivitasnya.

Tiba-tiba mereka melihat ada sesuatu yang tidak biasa di atas permukaan salju.

Mereka menemukan jejak-jejak aneh!

Jejak-jejak itu memiliki pola seperti kuku belah. Saksi lain mendeskripsikan bentuknya seperti huruf U atau seperti tapal kuda. Ukuran panjangnya adalah 4 cm hingga 6,25 cm dan jarak antara jejak kaki sekitar 20 cm.

Tidak ada jejak lain di permukaan salju.

Hebatnya, jejak-jejak tersebut terlihat hingga 160 km jauhnya dari Exmouth hingga Topsham.

Apa yang lebih membingungkan adalah letak jejak-jejak tersebut.

Pada beberapa lokasi, jejak-jejak tersebut terlihat menghampiri pintu rumah penduduk, namun kembali menjauh.

Di tempat lain, jejak tersebut terlihat di atap rumah.

Lalu, ada juga jejak yang terlihat menghadap sebuah tembok setinggi 4 meter dan muncul di sisi lain dari tembok, seakan-akan mahkluk tersebut berjalan menembus tembok.

Di sungai Exe, jejak tersebut terlihat pada dua sisinya, entahkah makhluk itu menyeberangi sungai tersebut atau ada dua makhluk yang berjalan di kedua sisi sungai.

Makhluk
apakah yang telah menciptakan jejak-jejak tersebut?

Setelah pagi itu, berita mengenai fenomena jejak kaki misterius telah menyebar hingga ke luar Devon.

Harian Times of London mendeskripsikan jejak tersebut sebagai berikut:

"Jejak itu lebih mirip makhluk yang berjalan dengan dua kaki dibanding makhluk yang berjalan dengan empat kaki dengan jarak antara jejak sekitar 8 inci. Kesan yang bisa ditangkap dari jejak tersebut adalah mirip dengan sepatu keledai."

Jika yang bertanggung jawab atas jejak tersebut adalah seekor hewan, maka para penduduk tidak pernah tahu hewan yang bisa meninggalkan jejak seperti itu. Jadi, rumor pun beredar.

Devon disebut-sebut kedatangan makhluk misterius yang tidak dikenal!

Karena faktor ini, beberapa pemuka agama menduga kalau jejak kaki tersebut ditinggalkan oleh setan yang sedang berkeliaran mencari para pendosa. Ide ini tentu saja ditolak oleh banyak orang. Namun dugaan ini memberikan nama untuk fenomena ini, yaitu Jejak-jejak kaki setan Devon.

Ketika mendengar istilah jejak-jejak kaki setan, jangan membayangkan kalau jejak-jejak tersebut berukuran raksasa. Ukuran panjangnya hanya 4-6 cm sehingga cukup masuk akal jika kita beranggapan jejak ini diciptakan oleh hewan.

Dan itulah yang segera dilakukan oleh beberapa orang yang menolak teori jejak setan. Mereka bergegas memberikan dugaan yang lebih rasional.

Misalnya Pendeta G.M Musgrave yang kemudian segera mengirim surat kepada harian Illustrated London news untuk memberitahukan mengenai adanya dua ekor kanguru yang terlepas dari kebun binatang pribadi milik Mr. Fische di Sidmouth.

Tetapi kalau memang ada kanguru yang terlepas, mengapa dua hewan ini tidak terlihat oleh penduduk desa?

Bahkan tidak ada kepastian lebih lanjut apakah benar-benar ada kanguru yang terlepas atau tidak sehingga berita itu kemudian hanya dianggap sebagai rumor.

Sir Richard Owen, seorang ahli biologi kenamaan, percaya kalau jejak itu ditinggalkan oleh seekor Badger (Hewan sejenis Musang) yang berkeliaran di desa untuk mencari makan. Menurutnya, jejak yang aneh itu tercipta karena kebiasaan hewan itu menaruh kaki belakangnya ke jejak yang dibuat oleh kaki depan.
Badger - Hewan sejenis Luwak
Namun, Sir Owen tidak pernah secara langsung mengobservasi jejak tersebut dan mendasarkan teorinya hanya pada deskripsi para saksi. Dan memang, teorinya tidak terbukti.

Selain Badger, ada yang menyebutkan racoon, keledai, tikus, berang-berang ataupun hewan lainnya. Sayangnya, tidak ada satupun diantara hewan tersebut memiliki jejak kaki yang serupa dengan jejak kaki Devon.

Sebagian lain percaya kalau jejak-jejak kaki tersebut dibuat oleh seorang iseng yang mungkin ingin menciptakan kehebohan. Namun teori ini memiliki kelemahan. Jika memang jejak itu dibuat oleh orang yang iseng, mengapa tidak terlihat adanya jejak lainnya di atas salju? Bagaimana bisa jejak tersebut terlihat hingga 160 km? Dan jika memang orang itu hendak menciptakan kehebohan, mengapa ia tidak menciptakan jejak kaki yang lebih besar dan lebih mengerikan seperti jejak harimau?

Jadi, misteri ini tetap tidak terpecahkan. Usaha untuk memberikan penjelasan rasional atas peristiwa ini berlangsung hingga abad 20 ketika sejumlah penulis modern mencoba untuk menawarkan alternatif penjelasan.

Misalnya, pada tahun 1985, terbit sebuah buku berjudul "The Devil's Footprints: The Great Devon Mystery as it was reported in the newspapaer of 1855" yang ditulis oleh Geoffrey Household.

Dalam bukunya, ia mengajukan teori kalau jejak-jejak aneh tersebut mungkin telah diciptakan oleh sebuah balon eksperimen. Ia mengaku mendapatkan informasi kalau sebuah balon telah terlepas tanpa sengaja dari galangan kapal Devonport. Balon itu terikat dengan sebuah tali yang menggantung dengan besi di ujungnya. Besi inilah yang dianggapnya telah membuat jejak-jejak misterius tersebut.

Sumber Household adalah seorang pria lokal bernama Major Carter yang mengetahui hal ini dari kakeknya yang bekerja di galangan kapal itu. Menurutnya, pada waktu itu, informasi ini dirahasiakan karena balon itu juga merusak beberapa rumah kaca dan jendela rumah penduduk sebelum akhirnya jatuh di Honiton.

Tetapi, pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin sebuah balon bisa menciptakan jejak yang konsisten dengan jarak 8 inci (20 cm)? atau jejak yang sampai ke pintu rumah penduduk dan kembali? Apakah balon itu memiliki kecerdasan artifisial yang membuatnya bisa berpikir?

Penulis lain, Mike Dash, yang menulis sebuah artikel mengenai jejak setan Devon di Fortean Studies, percaya kalau jejak tersebut ditinggalkan oleh hewan pengerat yang melompat seperti tikus hutan. Tidak heran kalau jejak-jejak ini juga bisa ditemui di atap rumah. Menurutnya, jejak yang ditinggalkan oleh lompatan tikus sangat mirip dengan jejak hewan berkuku belah karena pergerakan otot kakinya ketika melompat.

Teori ini bukan sesuatu yang baru karena memang sudah sering disinggung sebelumnya. Namun, sekali lagi, tidak ada hewan pengerat yang diketahui memiliki jejak seperti itu.

Penulis lain, seperti Joe Nickell yang skeptis, lebih percaya kalau kisah ini hanyalah sebuah hoax. menurutnya, bagaimana mungkin jejak itu bisa mencapai 160 km? Apakah ada penduduk yang mengikuti jejak tersebut hingga 160 km pada hari itu?

Cukup masuk akal. Namun, dokumentasi mengenai peristiwa ini cukup lengkap sehingga jika kisah ini sebuah hoax, maka pastilah hoax tersebut diciptakan oleh media yang terbit pada tahun itu. Tetapi pandangan ini pun tidak didasarkan atas bukti yang kuat.

Pandangan lain yang mirip dengan Joe adalah: jejak ini tercipta akibat histeria massa. Mungkin para penduduk telah melihat jejak-jejak hewan yang beragam dan menganggapnya sebagai jejak yang sama. Joe juga beranggapan seperti itu. menurutnya, deskripsi saksi yang berbeda-beda membuat kemungkinan ini menjadi lebih kuat.

Tentu saja teori ini adalah jalan keluar yang paling gampang. Namun, bagi peneliti lain, misteri ini menarik karena mungkin ada makhluk cryptid yang hidup di Devon. Selain itu, walaupun kasus Devon adalah yang paling terkenal, misteri sejenis ini ternyata juga pernah disinggung dalam beberapa catatan sejarah lainnya.

Salah satu penulis yang pernah menyinggungnya adalah Ralph of Coggeshall, seorang penulis yang hidup pada abad ke-13. Dalam tulisannya, Ralph menceritakan mengenai sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 19 Juli 1205 dimana jejak-jejak kaki misterius muncul setelah terjadi badai.

Lalu, Kapten Sir James Clark Ross, komandan kapal yang pernah menjelajah kutub selatan. Ia juga menceritakan peristiwa yang serupa. Pada Mei 1840, kapal mereka mendarat di pulau Kerguelen dan menemukan adanya jejak-jejak misterius di salju tanpa melihat adanya hewan yang bertanggungjawab atas jejak-jejak tersebut.

Dalam bukunya yang berjudul "Voyage of Discovery and Research in the Southern and Antarctic Regions", Kapten Ross menulis:

"Kami tidak melihat satu pun hewan darat. Dan kami menemukan jejak yang mirip dengan jejak keledai yang ditemukan oleh tim yang dipimpin oleh Letnan Bird. Jejak itu dideskripsikan oleh Dr. Robertson sebagai jejak yang berukuran lebar 3 inci dengan kedalaman sekitar 2,5 inci. Jejak itu juga memiliki tekanan di masing-masing sisi dan bentuknya terlihat seperti tapal kuda."

"Sangat tidak mungkin kalau hewan itu berasal dari kapal yang terdampar. Mereka mengikuti jejak itu selama beberapa jauh dengan harapan melihat hewan yang menciptakannya, namun tidak menemukan apa-apa hingga sampai ke daratan berbatu yang tidak bersalju."


Mungkin peristiwa-peristiwa yang disinggung Coggeshall dan Kapten Ross tidak ada hubungannya dengan peristiwa Devon. Namun jika sebuah fenomena misterius terjadi beberapa kali, maka ada sesuatu yang perlu diselidiki. Karena itu, ketika Jill Wade menemukan jejak-jejak misterius di kebun belakang rumahnya, antusiasme segera menjalar diantara para cryptozoologyst. Kali ini, mereka memiliki tempat kejadian perkara dengan jejak yang masih terlihat, mereka memiliki foto jejak tersebut dan mereka bisa memikirkan ulang misteri ini dengan mengacu kepada ilmu pengetahuan modern sambil berharap memecahkannya.

Jejak yang ditemukan Jill memiliki panjang 13 cm dan jarak antara jejak sekitar 28 sampai 43 cm. Ukuran ini tidak sesuai dengan jejak hewan yang dikenal saat ini. Tetapi Jonathan Downes dari CFZ optimis kalau misteri ini akan terpecahkan. Ia dan timnya sedang meneliti kemungkinan kalau jejak itu diciptakan oleh seekor kelinci yang cacat.

Ia juga berharap kalau misteri yang terjadi 156 tahun lalu ikut terpecahkan.

Mengenai Jejak di kebun belakang Jill, Downes berkata:

"Apakah aku percaya kalau setan telah datang dari lubang neraka dan berkeliaran di sebuah kebun di utara Devon? Tentu saja tidak.


"Jika kamu bertanya apakah ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan modern, maka jawabannya adalah ya. Namun pengetahuan manusia selalu berkembang dan aku percaya kalau sesuatu yang saat ini dikategorikan sebagai fenomena paranormal, suatu hari nanti akan dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan."


Apakah jejak kaki di kebun belakang rumah Jill memiliki hubungan dengan jejak kaki setan Devon tidak diketahui dengan jelas. Namun kita berharap penelitian CFZ akan membawa sedikit titik terang, paling tidak alternatif kemungkinan yang baru.

Mengenai penemuan jejak-jejak kaki misterius di atas salju ini, Rupert T. Gould pernah memberikan sebuah pertanyaan yang menarik:

"Aku berpikir, jika mereka menemukan makhluk itu, apakah yang akan mereka lihat?"

Saturday, March 26, 2011

Seorang penulis mengklaim telah berhasil memecahkan misteri El Chupacabra

El Chupacabra pertama kali muncul pada tahun 1995. Walaupun baru 16 tahun, legenda makhluk misterius penghisap darah ini begitu populer sehingga membuat seorang penulis yang juga skeptik bernama Benjamin Radford memutuskan untuk mengadakan penyelidikan mendalam mengenainya. Dan dari hasil penyelidikannya, ia percaya kalau ia telah berhasil mengetahui identitas monster itu yang sesungguhnya. Monster itu ternyata bukan seekor cryptid atau alien dari luar angkasa, melainkan manifestasi dari Natasha Henstridge.


Bagi kalian yang belum pernah mendengar nama Natasha Henstridge, ia adalah seorang aktris Holywood.

Ini fotonya:

Lalu apa hubungan antara wanita cantik ini dengan El Chupacabra yang jelek dan.menakutkan itu?

Semuanya bermula dari Benjamin Radford, seorang penulis untuk situs Livescience dan editor dari Journal of the Skeptical Inquirer, yang mengklaim telah berhasil memecahkan misteri monster ini. Ia menuangkan hasil penelitian dan teorinya dalam sebuah buku yang akan dirilis tahun 2011 ini.

Sekedar mengingatkan, El Chupacabra pertama kali muncul pada Maret 1995 di Puerto Rico dan segera menjadi headline di seluruh dunia. Pada saat itu, delapan ekor domba ditemukan mati dengan luka tusukan di dada. Apa yang membingungkan adalah kondisi domba-domba itu yang ditemukan dengan darah habis, seperti dihisap oleh Vampire.


Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada bulan Agustus, seorang saksi bernama Madelyne Tolentino memberikan laporan kalau ia menyaksikan seekor makhluk mengerikan di kota Canovanas. Di kota itu terdapat laporan mengenai adanya 150 ekor ternak dan hewan peliharaan yang mati terbunuh. Tolentino juga memberikan sebuah deskripsi yang kemudian diterjemahkan ke dalam sketsa. Sketsa ini kemudian dimuat di media-media lokal Puerto Rico.

Setelah serangkaian peristiwa ini, seorang komedian Puerto Rico bernama Silverio Perez mulai menyebut makhluk ini dengan sebutan Chupacabra yang berarti penghisap kambing. Nama itu segera mendunia dan dalam waktu singkat Chupacabra telah masuk ke dalam Hall of Fame dunia Cryptozoology.

Mungkin Benjamin Radford cukup terganggu dengan kenyataan kalau seekor monster yang mirip Iguana berdiri tegak telah menimbulkan ketakutan pada masyarakat Puerto Rico. Jadi ia memutuskan untuk menyelidiki persoalan ini dengan lebih serius.

Radford segera menginvestigasi laporan-laporan para saksi dan melakukan beberapa perjalanan ke Puerto Rico hingga akhirnya mengambil sebuah kesimpulan revolusioner yang dianggapnya merupakan jawaban final atas misteri ini.

Menurut Radford, Chupacabra sesungguhnya bukan seekor cryptid atau alien, melainkan hanyalah sebuah memori yang tertinggal dari seorang saksi. Saksi yang dimaksud adalah Madelyne Tolentino yang mengaku melihat Chupacabra pada Agustus 1995.

Menurutnya, kesaksian Tolentinolah yang telah menjadi dasar dari banyak kesaksian yang muncul berikutnya sehingga bisa disimpulkan kalau Tolentino keliru, maka kesaksian yang muncul setelahnya juga keliru.

Sebagai perbandingan, Ini sketsa Chupacabra yang dibuat berdasarkan kesaksian Tolentino.

Radford menemukan kalau sosok Chupacabra Tolentino sangat mirip dengan makhluk alien bernama Sil yang diperankan oleh Natasha Henstridge dalam film berjudul "Species".

Sekarang kalian tahu hubungan antara Natasha Henstridge dengan Chupacabra.

Tetapi, mungkin sebagian dari kalian masih bingung karena makhluk yang tergambar pada sketsa Tolentino sama sekali tidak mirip dengan Natasha. Tentu saja. Soalnya dalam film itu, Natasha memiliki wujud asli yang cukup menakutkan.

Jika ia berubah bentuk, jadilah ia seperti yang terlihat pada foto di bawah ini:
Sil
Miripkah?

Film Species dirilis pada tanggal 7 Juli 1995, hanya beberapa minggu sebelum sketsa Tolentino muncul ke publik.

Ketika Radford mewawancarai Tolentino, ia menemukan kalau wanita itu memang menonton film Species sebelum memberikan kesaksian penampakan Chupacabra.

Jadi, Radford mengambil kesimpulan kalau Tolentino telah memberikan kesaksian itu berdasarkan memorinya mengenai karakter Sil. Dengan kata lain, ia keliru, sehingga laporan lain yang muncul setelahnya juga keliru dan Chupacabra sesungguhnya hanyalah sebuah mitos.
Tolentino sendiri mengaku kalau ia melihat makhluk itu di jalanan dekat rumah ibunya pada minggu kedua bulan Agustus 1995.

Tetapi Radford percaya kalau wanita itu tidak berbohong, melainkan hanya mengalami masalah psikologis yang membuatnya sukar membedakan antara fiksi dan realita. Radford berani mengatakan ini karena ia sendiri memiliki gelar kesarjanaan dalam bidang psikologi.

Paling tidak ia cukup punya perasaan untuk tidak menganggap Tolentino sebagai pembohong!

Menurutnya: "Kita bisa menarik sebuah garis antara jadwal rilis film tersebut, laporan penampakan Madelyn, melihat Chupacabra di jalanan, membuat laporan dan masuk ke imajinasi publik."

Segera setelah Tolentino melaporkan kesaksiannya, makhluk-makhluk serupa yang digambarkannya mulai muncul dimana-mana. Ini adalah indikasi kuat kalau Chupacabra sesungguhnya hanyalah sebuah monster inspirasi Holywood.
Lalu, bagaimana dengan deskripsi Chupacabra yang memiliki sosok seperti seekor anjing yang jelas jauh berbeda dengan deskripsi Tolentino?

Deskripsi Chupacabra yang mirip seekor anjing sesungguhnya baru muncul belakangan. Pada tahun 2000, nama Chupacabra sebenarnya sudah mulai menghilang. Namun muncul kembali pada tahun 2004 ketika ternak-ternak di Texas diserang oleh hewan tak dikenal.

Kemudian seorang peternak berhasil menembak mati seekor hewan seperti coyote yang dianggap bertanggung jawab atas kematian-kematian tersebut. Hewan tersebut kemudian disebut Chupacabra karena para peternak belum pernah melihat coyote dengan sosok seperti itu. Padahal kenyataannya Coyote tersebut memiliki bentuk tubuh seperti itu karena memiliki kelainan kulit.

Bangkai-bangkai coyote seperti ini kemudian muncul di berbagai tempat sehingga Chupacabra kembali mendapatkan kepopulerannya, walaupun sekarang sosoknya telah menjadi seperti seekor anjing, jauh berbeda dengan deskripsi Tolentino.

Lalu bagaimana dengan kasus kematian hewan-hewan ternak itu?

Menurut Radford, kematian-kematian tersebut hanyalah kematian biasa yang diakibatkan oleh serangan binatang buas.

"Ketika diadakan nekropsi atas ayam dan kambing yang mati, ternyata ditemukan kalau hewan-hewan tersebut memiliki level darah yang normal." Kata Radford. "Ini menunjukkan kalau hewan-hewan ini tidak dihisap darahnya."

"Pada pertengahan tahun 2000, semua makhluk yang aneh dipanggil El Chupacabra. Coyote berpenyakit kulit, raccoon mati, bahkan ikan kering di New Mexico, yang sebenarnya sama sekali tidak terlihat seperti El Chupacabra."

Jika semua ini hanyalah sebuah hoax, mengapa legenda ini bisa bertahan?

Menurut Radford, jawabannya cukup sederhana. Chupacabra boleh dibilang monster pertama yang muncul pada era internet. Tentu saja legenda ini akan lebih cepat menyebar. Selain itu, legenda ini juga didukung oleh banyak pemercaya UFO yang berteori kalau makhluk ini sesungguhnya adalah alien atau hewan peliharaan alien.

Tidak butuh waktu lama bagi para cryptozoologyst untuk menyanggah teori Radford.

Loren Coleman, seorang cryptozoolgyst yang memiliki situs Cryptomundo.com berkata: "Salah satu bukti penting yang didapatkan Radford adalah deskripsi yang ditulis Scott Corrales dalam bukunya yang terbit tahun 1997 yang berjudul 'Chupacabra and Other Mysteries'. Dalam buku itu, Corrales jelas menyatakan kalau Tolentino sendirilah yang menghubungkan makhluk yang dilihatnya dengan Sil. Tolentino juga mengatakan di dalam buku itu kalau ia memang telah menonton film berjudul Species."

Jadi, teori Radford bukan sesuatu yang baru.

Radford memang banyak mendasarkan teorinya pada deskripsi dan laporan yang ada di buku Corrales.

Coleman juga mengutip ucapan Tolentino dalam buku Corales.

Tolentino berkata: "Kemiripan Chupacabra dengan Sil sangat menakjubkan..Saya menonton film itu dan berkata dalam hati, 'Tuhanku! Bagaimana mungkin mereka dapat membuat film seperti ini sementara peristiwa-peristiwa ini sedang terjadi di Puerto Rico."

Ucapan ini tidak terdengar seperti seseorang yang sedang mengalami kesulitan membedakan antara fiksi dan realita! Coleman percaya kalau Radford telah mengambil kalimat ini dan menarik kesimpulannya dengan asal-asalan. Radford juga tidak menjelaskan tanggapan Tolentino atas teori yang diberikannya.

Lagipula, mengapa Radford hanya menggunakan sketsa Tolentino sebagai patokan dan mengabaikan deskripsi saksi yang lainnya? Lalu mengapa Radford mengabaikan serangan sejenis yang pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, misalnya yang terjadi pada tahun 1975 di kota Moca?
Bagi Coleman, ini adalah sebuah lubang besar dalam teori Radford.
Tetapi Coleman setuju dengan Radford kalau kebanyakan makhluk yang disebut orang-orang sebagai Chupacabra sesungguhnya hanyalah seekor anjing atau Coyote yang berpenyakit kulit.

Scott Corrales, yang bukunya dijadikan dasar penelitian Radford juga mengkritik teori Radford.

"Seperti yang kalian ketahui, saya selalu berusaha untuk menjauhi semua perdebatan ini. Namun untuk menggantungkan seluruh narasi Chupacabra hanya pada satu saksi (Ms.Tolentino) sama saja dengan menyangkali ratusan laporan saksi lainnya dari seluruh Puerto Rico yang mengaku melihat makhluk yang sama, bukan seekor anjing, bukan kera liar ataupun 'singa'.


"Makhluk yang dilihat itu adalah entitas yang digambar oleh Jorge Martin berdasarkan pada laporan Tolentino yang mendeskripsikan seekor makhluk yang mengeluarkan bau tidak sedap dengan bentuk tubuh yang aneh."

"Sepertinya para Skeptis telah menganggap rendah fakta mengenai manifestasi dramatis makhluk ini yang muncul bukan hanya di Puerto Rico dan Mexico, melainkan juga di Brazil dan Chili."

Menjawab kritikan para cryptozoolgyst ini, Radford berkata:

"Saya tidak menyatakan kalau seluruh laporan penampakan didasarkan pada laporan Tolentino. Namun kesaksiannya dianggap sebagai kesaksian yang paling awal, paling lengkap dan paling berpengaruh."

Mengenai kritikan Corrales, Ia berkata:

"Mengenai komentar Scott, saya kaget ketika membaca pernyataannya yang menyebutkan adanya ratusan saksi di Puerto Rico yang melihat makhluk yang sama. Saya sudah membaca bukunya beberapa kali dan saya lupa dimana ada "ratusan" saksi seperti yang disebutkannya. Saya sudah berusaha mewawancarai Scott untuk buku saya. Jika ia punya catatan mengenai ratusan saksi itu, maka saya akan sangat senang kalau diberikan akses kepada laporan-laporan itu."

Radford bahkan begitu yakin kalau ia telah memecahkan misteri ini sehingga dalam bukunya ia menulis:

"Misteri Chupacabra runtuh dan jawabannya sudah lengkap."

Tidak cukup sampai disitu, ia juga berkata:

"Jika bulan depan atau tahun depan seseorang menemukan El Chupacabra yang menghisap darah hewan, dengan senang hati saya akan menelan kicauanku dan menambahkan satu bab di dalam buku saya."

Jika Radford benar, saya rasa akan ada banyak penggemar monster yang akan menjadi kecewa. Tetapi jika Chupacabra hanyalah sebuah hoax, menurut saya itu lebih baik. Bukankah kita tidak menyukai cryptid yang suka membunuh?

Tuesday, June 21, 2011

Flashback: Foto sepasang naga Kutai yang menggemparkan warga

Lebih dari satu tahun yang lalu, kompas.com memuat sebuah berita (yang diambil dari tribun kaltim) mengenai penampakan sepasang naga/ular raksasa di wilayah Kutai Barat. Berita ini disertai sebuah foto.


Pada hari ketika berita itu dimuat kompas.com, seorang pembaca mengirim sebuah email mengenai hal ini dan meminta saya untuk mempostingnya. Ketika saya membaca berita tersebut dan melihat foto yang disertainya, saya tidak terkesan sama sekali karena bagi saya foto itu jelas terlihat seperti sebuah karya photoshop. Jadi, saya tidak punya niat untuk mempostingnya.

Namun masalahnya adalah, setelah lebih dari satu tahun, saya masih saja menerima pertanyaan mengenai foto ini. Jadi untuk menjawab pertanyaan sebagian pembaca yang masih penasaran, saya akan mengomentari foto tersebut dengan menyertakan alasan mengapa saya percaya kalau foto tersebut adalah sebuah rekayasa.

Bagi kalian yang belum pernah mendengar berita ini, berikut cuplikan dari kompas.com tanggal 5 Februari 2010. Kompas mengambil berita ini dari kaltim.tribun.co.id yang masih merupakan media grup Kompas.

KOMPAS.com — Masyarakat Kutai Barat (Kubar), khususnya warga Mahakam Ulu, digemparkan kemunculan sepasang ular raksasa sebesar drum atau berdiameter sekitar 60 sentimeter dengan panjang sekitar 40 meter. Ular raksasa itu terlihat meliuk di permukaan air di Riam Haloq, Kampung Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai.

Ular raksasa yang melintas di sungai itu diyakini masyarakat Suku Dayak sebagai naga. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun, sebenarnya peristiwa kemunculan naga terjadi Jumat (29/1/2010).


Saat itu sebuah longboat berangkat dari Long Bagun menuju Long Pahangai. Longboat tiba siang hari di Kampung Long Tuyuq, hulunya Riam Haloq. Saat itulah motoris dan penumpang longboat melihat sepasang ular raksasa melintas di permukaan Sungai Mahakam dari arah berlawanan.


Begitu mengetahui sepasang naga lewat, motoris langsung menepikan longboat ke tepi sungai karena khawatir menjadi korban. "Ternyata kedua naga itu berjalan terus dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran longboat," tutur Dodik, yang mendengar cerita dari keluarganya di Mahakam Ulu.


Setelah itu, motoris dan beberapa penumpang langsung mengambil gambar menggunakan ponsel berkamera karena menganggap itu sebuah momen langka. Di wilayah Kubar sendiri foto ular raksasa itu telah tersebar dan masyarakat menjadi heboh.

Ia menambahkan, sebelumnya di Long Tuyoq bahkan ada seorang warga dan anaknya yang sedang berburu babi melihat ular raksasa tersebut. Saking kagetnya, sang anak sampai tidak bisa berbicara hingga kini.

Sebelumnya, pada Februari 2009, Kalimantan juga bikin heboh dunia saat muncul sebuah foto udara yang memperlihatkan ular raksasa tengah melintas di sebuah sungai di Sarawak, Malaysia. Ular raksasa itu berenang di Sungai Baleh, Sibu, Serawak, bagian utara Kalimantan.

Sebuah foto ular raksasa terlihat berenang melenggak-lenggok di sebuah sungai tropis yang dikelilingi oleh hutan gambut. Ular berwarna hitam itu sangat besar, hampir memenuhi sungai yang terletak di tengah-tengah hutan rawa yang rimbun. Air beriak di kiri kanannya. Kabarnya, foto itu diambil dari sebuah helikopter, 11 Februari 2009.

Foto itulah yang menjadi perdebatan. Kalimantan memang memiliki ular-ular raksasa. Namun, selama ini ular yang besar yang baru ditemukan adalah sejenis sanca atau piton atau masyarakat Kalimantan menyebutnya ular sawah, yang panjangnya belasan meter.

Namun, ular yang terlihat di foto dan beredar luas di internet, termasuk Youtube, itu jauh lebih panjang dan besar dibandingkan dengan temuan piton. Diperkirakan panjangnya 100 kaki atau sekitar 33 meter.

Gambar tersebut diambil oleh anggota tim wilayah bencana banjir yang kemudian diterbitkan oleh Utusan Sarawak, sebuah koran lokal. New Straits Times di Kuala Lumpur juga memuat foto tersebut, yang kemudian dirilis oleh The Telegraph, Inggris.

Ada juga yang tidak memercayai foto itu dan menganggapnya rekayasa semata. Hal itu karena terlalu jauhnya pengambilan gambar ular tersebut. Benar atau tidak, foto itu sudah membuat masyarakat di sekitar Serawak, khususnya Sibu, ketakutan sebab sungai itu merupakan urat nadi transportasi masyarakat selama ini.
Saya merekomendasikan kalian untuk membaca berita tersebut secara penuh dengan mengklik link yang saya sertakan di atas.

Saya yakin, beberapa dari kalian yang melihat foto tersebut akan segera tertawa. Tidak heran, saya memang percaya ada orang yang memiliki kepekaan terhadap sebuah rekayasa, apalagi rekayasa yang "kasar".

Namun bagi kalian yang tidak memiliki kepekaan itu dan ingin mengetahui alasan yang lebih jelas, saya akan berikan tiga alasan mengapa saya yakin kalau foto tersebut adalah hasil rekayasa.

Alasan pertama adalah, adanya bekas-bekas sentuhan photoshop pada tubuh ular tersebut.

Bahkan jika kita hanya melihat dengan sekilas, kita bisa melihat adanya blur pada tubuh ular tersebut. Blur ini tidak terlihat pada kepala ular.

Ini wajar karena tubuh ular yang berada di dalam air akan lebih sulit direkayasa dibandingkan bagian kepala yang berada di atas permukaan air. Mungkin sang perekayasa menggunakan efek blur atau smudge pada photoshop untuk menciptakan efek riak air. Namun usaha ini tidak berhasil karena bagian tersebut terlihat tidak alami dan berbeda dengan sekitarnya.

Alasan kedua adalah, kesaksian yang meragukan.

Saya kutip:
"Menurut seorang warga Kampung Lutan, Kecamatan Long Hubung, sebenarnya ada dua naga yang terlihat. Satu naga diyakini berjenis jantan karena di kepalanya ada dua tanduk dan naga betina karena tidak ada tanduknya. Kedua binatang itu memiliki empat kaki, warna kulit hitam dengan panjang sekitar 40 meter dan diameter tubuh sekitar 60 sentimeter."
Menurut kesaksian seorang warga, ada dua naga yang terlihat dan masing-masing memiliki empat kaki.

Agak mengherankan jika disebutkan ada dua naga yang terlihat sedangkan hanya ada satu naga di dalam foto.

Namun, anggaplah kalau kedua naga ini memang tidak saling berdampingan. Naga jantan yang bertanduk berada jauh di depan sehingga tidak terpotret. Kalau begitu, pertanyaannya selanjutnya adalah:

"Bagaimana para saksi bisa mengetahui kalau naga itu memiliki empat kaki?"

Bukankah kaki mereka berada di dalam air yang coklat berlumpur?

Bagaimana cara mereka melihatnya?

Apakah naga tersebut sempat berenang dengan gaya punggung?


Lalu, mungkin dari kalian ada yang berargumen: "Bisa saja kesaksian dan foto itu tidak saling berhubungan. Foto itu benar diambil di Riam Haloq, sedangkan kesaksian yang dikutip kompas.com merujuk ke naga yang lain."

Memang benar, bisa seperti itu. Namun sang wartawan mengindikasikan kalau keduanya saling berhubungan. Bukankah begitu?

Alasan ketiga adalah, posisi kepala sang naga.

Salah satu alasan mengapa saya langsung menganggap foto ini hasil rekayasa adalah karena posisi kepala ular yang tidak alamiah (selain karena bentuk kepalanya yang lebih menyerupai bebek ketimbang naga).

Posisi yang tidak alamiah ini mungkin disebabkan oleh dua hal, yaitu ingin menciptakan "efek ular" atau ingin menciptakan "efek monster danau".

Yang saya maksudkan dengan efek ular adalah posisi seperti kobra yang siap menyerang. Jika ia membuat foto dengan kepala seperti itu, orang yang melihatnya akan langsung teringat dengan ular.

Sedangkan efek monster danau adalah usaha untuk mengasosiasikan makhluk tersebut dengan monster danau yang paling terkenal di dunia, yaitu Nessie.

Nessie sendiri adalah monster danau yang paling terkenal di dunia yang dipercaya hidup di Danau Ness (Lochness), Skotlandia.

Imajinasi orang mengenai rupa makhluk ini dibentuk oleh foto yang disebut Surgeon Photo.

Walaupun foto ini terbukti hoax, namun masyarakat dunia terlanjur mengasosiasikan monster danau dengan leher panjang yang menjulur keluar dari air sehingga foto-foto hoax monster danau berikutnya selalu dibuat dengan posisi kepala dan leher seperti ini.

Masalahnya adalah, posisi leher dan kepala Nessie pada Hoax Surgeon Photo lebih masuk akal karena Nessie dipercaya sebagai Plesiosaurus.

Dalam kasus kita kali ini, makhluk yang dibicarakan adalah seekor ular/naga sehingga posisi leher atau kepalanya menjadi tidak tepat.Berikut ini adalah contoh posisi kepala ular yang berenang di air.

Ular tidak pernah berenang dengan posisi kepala 90 derajat dengan permukaan air.

Pernahkah kalian menyaksikan sebuah film dokumenter mengenai ular?

Ketika ular itu bergerak/merayap, bagaimana posisi kepalanya?

Tentu saja sejajar dengan tanah.

Sama halnya dengan ketika ia berenang. Ia hanya memunculkan kepalanya sedikit untuk bernafas.

Menariknya, artikel ini juga menyebutkan mengenai adanya foto ular sepanjang 33 meter di utara Kalimantan yang didapat tahun 2009.

Mengenai foto-foto ini, saya sudah pernah mempostingnya. Ini juga hoax. Kalian bisa membacanya disini: Rekayasa Ular Raksasa Borneo.

Paling tidak, perekayasa foto ular sepanjang 33 meter tersebut membuat posisi kepala ular dengan benar. Mungkin karena ia merekayasanya dengan meniru gerakan ular yang asli.

Itulah tiga alasan mengapa saya menganggap foto itu sebagai sebuah rekayasa.

Sekarang pertanyaan berikutnya adalah, dari mana kompas.com mendapatkan foto tersebut?

Karena kompas.com menyebutkan sumber berita tersebut adalah tribun kaltim, maka masuk akal jika mereka mendapatkannya dari media tersebut. Saya berusaha menemukan berita awalnya di tribun kaltim dengan mengikuti beberapa link yang dicantumkan blog dan situs yang memuat berita ini, namun sayangnya, berita mengenai sepasang naga ini sudah lenyap dari situs tersebut.
Berita ini juga lenyap dari tribun palembang.

Beberapa media berita memang sering mengarsip berita yang sudah cukup lama untuk menghemat biaya. Namun untuk media sebesar tribunnews, agak mengherankan kalau berita yang baru berumur 1,5 tahun sudah masuk ke dalam arsip. Atau mungkin berita tersebut memang sengaja dihapus.

Tribun Banjarmasin
masih memuat berita tersebut. Namun mereka tidak menyertakan foto.
Mungkin mereka pun merasa aneh dengan foto tersebut.

Benar-benar foto yang misterius!
Bukankah begitu?

Nah, sebelum saya akhiri, saya ingin menegaskan kalau saya TIDAK beranggapan ular raksasa itu tidak ada. Yang saya tolak adalah keabsahan foto yang satu ini.

Lalu, percayakah saya dengan keberadaan ular raksasa di Kutai?

Saya tidak mengatakan kalau ular raksasa pasti ada di Kutai karena saya belum pernah memeriksa kota Kutai secara keseluruhan. Namun saya tidak heran kalau di dunia ini ada ular raksasa sepanjang belasan atau puluhan meter. Apalagi untuk Kutai yang terbiasa dengan buaya sepanjang 6 meter.

Baca juga: Benarkah foto naga bertanduk ditemukan dan dipamerkan di cina dan Rekayasa foto ular raksasa borneo.